MAKALAH
GENETIKA
SINDROMA
LAURENCE-MOON-BARDET-BIEDL (SLMBB)
A.
Latar
Belakang
Pewarisan
sifat adalah ciri-ciri atau
sifat-sifat makhluk hidup yang diturunkan dari generasi ke generasi atau diturunkan
dari induk kepada anaknya. Tiap spesies memiliki ciri-ciri tertentu yang
spesifik yang hampir sama dari generasi ke generasi, bahkan ciri ini ada sejak
dulu kala. Pewarisan sifat autosomal adalah
sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada autosom. Gen ini ada yang dominan dan ada pula yang resesif. Laki-laki dan perempuan memiliki autosom yang sama,
sehingga sifat keturunan yang ditentukan oleh gen autosomal dapat diketahui
atau dijumpai pada anak laki-laki maupun anak perempuan.
Orang
tua dari anak yang terinfeksi penyakit akibat kelainan gen resesif pada
autosom, mungkin tidak menampakkan penyakit. Anak yang memiliki gejala kelainan
menandakan adanya pewarisan gen resesif dari kedua orang tua. Karena kelainan
resesif jarang ditemukan, seorang anak memiliki resiko yang lebih tinggi bila
orang tua mereka memiliki hubungan saudara. Hal tersebut disebabkan seringnya
individu-individu yang memiliki hubungan saudara mewarisi gen yang sama dari
nenek moyang mereka.
Kelainan
genetika salah satunya di sebabkan oleh mutasi, baik mutasi kromosom maupun
mutasi gen. Mutasi pada gen dapat mengarah pada
munculnya alel baru dan menjadi dasar munculnya variasi-variasi baru pada
spesies.
Sindroma Laurence-Moon-Bardet-Biedl
(SLMBB) merupakan salah satu kelainan genetik yang diwariskan secara autosomal
resesif, atinya sifat keturunan yang
ditentukan oleh gen resesif auto baru tampak bila satu individu menerima gen
dari orang tua yang tampak normal sebagai carie (pembawa) dan jarang terjadi. SLMBB adalah
syndrome yang ditemukan oleh empat dokter. Yaitu Laurance, Moon (Inggris),
Bardet (Perancis) dan Bield (Jerman). Menurut hasil diagnose dokter Laurence
dan dokter Moon pada tahun 1866, penderita SLMBB memiliki masalah pada retina,
ketidakseimbangan ketika berjalan, serta masalah pada tulang belakang dan juga
keterlambatan tumbuh kembang. Selain itu, hasil diagnose Bardet dan Bield
(1920) mendeskripsikan bahwa penderita SLMBB memiliki jari tambahan pada tangan
dan kaki sejak lahir (Polydactil), obesitas infantil, dan kelainan retina. Dari
hasil diagnose keempat dokter tersebutlah sehingga di sebut dengan SLMBB
(Sindroma Laurence-Moon-Bardet-Biedl).
SLMBB (Sindroma
Laurence-Moon-Bardet-Biedl) adalah salah satu kelainan genetic yang terjadi di
seluruh dunia dengan frekuensi yang bervariasi. Secara umum, di Amerika Utara
dan Eropa frekuensi terjadinya syndrome ini sekitar 1:140.000 sampai 1:160.000
per kelahiran bayi yang hidup, sedangkan di Kuwait, frekuansi terjadinya SLMBB diperkirakan
lebih tinggi, yaitu sekitar 1:13.500 per kelahiran bayi yang hidup. Sindrom ini
terjadi karena mutasi pada beberapa gen BBS, yaitu dari gen BBS1 sampai BBS10.
Gen tersebut adalah gen yang bertanggung
jawab sebagai penyebab SLMBB (Sindroma Laurence-Moon-Bardet-Biedl). Gen
tersebut ada pada kromosom 16q21, kromosom 11q13, serta kromosom 3p12 dan
15q22.
Ciri-ciri klinis atau gejala yang umum
dan telah terdiagnosa pada penderita SLMBB ini adalah distrofi sel
batang-kerucut (cone-rod dystrophy) atau degenerasi pada retina,
polidaktili, tepatnya heksadaktili pada jari-jari tangan maupun kaki, obesitas,
retardasi mental atau keterbelakangan tumbuhkembang, hipogonadisme serta
disfungsi ginjal. Namun ekspresi klinis atau fenotip penderita SLMBB ini dapat
bervariasi meskipun dalam satu keluarga, dan sering sulit terdiagnosis. Pada
kelainan yang bersifat autosomal resesif, kedua orang tua merupakan pembawa (carrier)
gen mutan dan keduanya akan menurunkan defek tersebut kepada anaknya
sehingga anak tersebut sampai menderita SLMBB. Jika kedua orang tua merupakan
pembawa gen tersebut, maka terdapat 1 dari 4 kemungkinan lahir anak yang
menderita sindroma ini.
Sindroma
Laurence-Moon-Bardet-Biedl hingga saat ini penanganannya masih difokuskan pada
penanganan gejala, untuk gangguan visus dapat diberikan alat bantu
melihat, obesitas dapat ditangani dengan konsultasi menu diet yang sesuai pada ahli
gizi, dan lain sebagainya. Dalam makalah ini akan dibahas lebih dalam mengenai
SLMBB, penyebab dan cara penanganannya.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah Sindroma Laurence Moon Bardet
Biedl ?
2. Bagaimana tahapan terapi gen untuk penanganan terhadap Sindroma
Laurence Moon Bardet Biedl ?
C.
Tujuan
1. Mengetahui Sindroma Laurence Moon
Bardet Biedl.
2. Mengetahui tahapan terapi gen untuk
penanganan terhadap Sindroma Laurence Moon Bardet Biedl
1.
SINDROME LAURENCE MOON BARDET BIEDL
(SLMBB)
A.
Definisi Syndrome Laurence Moon Bardet
Bield (SLMBB)
Menurut Ahmad (2012), Syndrome Laurence Moon Bardet Bield
(SLMBB) merupakan suatu kelainan genetic yang diwariskan secara autosomal
resesif, artinya kelainan ini tidak terpaut dengan kromosom X maupun kromosom Y.
Sindrom Laurence Moon Bardet Biedl
adalah suatu gangguan genetic yang banyak mempengaruhi bagian tubuh. Hal ini
diartikan bahwa orang yang mengidap sindrom ini memiliki gejala lebih dari
satu, atau gejala pada beberapa anggota tubuh.
Tanda-tanda dan gejala antara individu yang terkena sindrom ini
kondisinya bervariasi, meskipun di antara anggota keluarga yang sama.
Menurut Hartono (2009), Nama Sindrome Laurence Bardet Biedl merupakan
gabungan dari para dokter yang melakukan penelitian atau diagnose pada beberapa
pasiennya. Pada tahun 1866 dokter
Laurence dan dokter Moon, mengemukakan
hasil diagnosanya terhadap penderita SLMBB yang memiliki masalah pada retina,
ketidakseimbangan ketika berjalan, serta masalah pada tulang belakang dan juga
keterlambatan tumbuh kembang. Sedangkan Bardet-Biedl
Syndrome (BBS) pertama kali dijelaskan oleh Bardet dan Biedl pada tahun 1920
dan 1922, sindrom Bardet-Biedl memiliki gejala klisnis yang ditandai dengan
degenerasi retina, obesitas, polydactyly pasca aksial dan hypogenitalism. Persamaan
gejala klinis dari hasil diagnose keempat dokter tersebut akhirnya nama
kelainan genetic ini disebut dengan Sindrom Laurence Moon Bardet Biedl (SLMBB).
Hal ini terbukti dari banyak studi etiologi bahwa setiap kelainan genetik atau
non-genetik seperti kekurangan gizi, penyimpangan kromosom dan cacat gen
tunggal akan berkontribusi pada sindrom Bardet-Biedl setelah kelahiran atau
dalam masa kecil.
Sindrom Bardet-Biedl
biasanya diwariskan dalam pola resesif autosomal, yang berarti kedua salinan
dari gen BBS dalam setiap sel mengalami mutasi. Orang tua dari seorang individu
dengan kondisi resesif autosomal masing-masing membawa satu salinan gen
bermutasi, tetapi mereka biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda dan gejala
kondisi. (Hartono.2009).
Gejala pada setiap
kasus SLMBB tidak selalu sama, namun gejala utama pada sindrom ini adalah
masalah degenerasi pada retina yang mengarah pada jehilangan penglihatan atau
rabun senja, polydactyly postaxial yang biasanya terjadi pada kedua tangan
dengan penambahan 1 jari pada masing-masing tangan dan juga pada kaki, masalah
tumbuh kembang, gangguan fungsi ginjal, mikropenis dan malformasi genital
perempuan serta masalah obesitas atau kegemukan yang berkekepanjangan selama
masa hidupnya. Semua gejala-gejala klinis tersebut merupakan gejala kompleks
yang disebabkan karena terjadi mutasi pada gen BBS. (Beales.1999).
Menurut Beales (1999), BBS
berlaku dengan tingkat frekuensi diferensial karena gangguan sistemik. Jumlah
orang yang terkena sindrom ini adalah 1 dari 150.000 orang sesuai dengan estimasi.
Ras terisolasi geografis atau populasi kekerabatan yang tinggi memiliki tingkat
kejadian yang tinggi. Di Kuwait dan baru tanah mendirikan tingkat BBS adalah 1:
13.500 dan 1: 7.500 sebagai dibandingkan dengan Eropa dan Amerika Utara (1:
140.000 sampai 1: 160.000), masing-masing. Karena pertalian darah ynag tinggi
pada populasi dari suku Badui dan suku Arab, maka tingkat BBS juga tinggi.
Survei lengkap keluarga yang terkena dampak diperlukan di Pakistan. Peningkatan
kejadian dapat berpengaruh pada pengaturan sosial ekonomi di Pakistan secara
keseluruhan, akan tetapi dapat ditangani dengan bantuan konseling genetik untuk
mengurangi sindrom ini.
B.
Penyebab Sindrome Laurence Moon Bardet Biedl
Sindrom Bardet-Biedl merupakan akibat dari mutasi
pada 14 gen yang berbeda (sering disebut gen BBS). Gen-gen ini diketahui atau
diduga memainkan peran penting dalam struktur sel yang disebut silia. Silia,
jari-seperti proyeksi mikroskopis yang menonjol dari permukaan berbagai jenis
sel. Mereka terlibat dalam gerakan sel dan banyak jalur sinyal kimia yang
berbeda. Cilia juga diperlukan untuk persepsi input sensoris (seperti
penglihatan, pendengaran, dan penciuman). Protein yang dihasilkan dari gen BBS
yang terlibat dalam pemeliharaan dan fungsi silia. (Levy.1970).
Menurut Levy M, dalam jurnalnya (1970), Mutasi
pada gen BBS menyebabkan masalah dengan struktur dan fungsi silia. Cacat pada
struktur sel memungkin dapat mengganggu jalur sinyal kimia penting dalam
pengembangan dan menyebabkan kelainan persepsi sensorik. Kerusakan pada silia
ini diyakini oleh para peneliti sebagai faktor yang menyebabkan terjadinya
syndrome ini.
Sekitar seperempat dari semua kasus sindrom
Bardet-Biedl hasil dari mutasi pada gen BBS1. 20 persen lainnya dari kasus
disebabkan oleh mutasi pada gen BBS10. Gen BBS lainnya masing-masing account
hanya sebagian kecil dari semua kasus kondisi ini. Pada sekitar 25 persen dari
orang-orang dengan sindrom Bardet-Biedl, penyebab gangguan tersebut tidak
diketahui. Dalam individu yang terkena yang memiliki mutasi pada salah satu gen
BBS, mutasi pada gen tambahan mungkin terlibat dalam menyebabkan atau
memodifikasi jalannya gangguan. Studi menunjukkan bahwa gen memodifikasi dapat
diketahui gen BBS atau gen lain. Perubahan genetik tambahan bisa membantu menjelaskan
variabilitas dalam tanda-tanda dan gejala sindrom Bardet-Biedl. Namun, fenomena
ini tampaknya biasa, dan belum ditemukan secara konsisten dalam studi ilmiah.
Berikut adalah grafik persentase gen BBS sebagai penyebab SLMBB
Menurut Levy (1970), Mutasi yang diidentifikasi melalui
penelitian terhadap 3 janin, pada 3 keluarga yang berbeda, namun berpotensi
mengidap sindrom ini. Ketiga janin tersebut masing-masing berusia 28 minggu, 20
minggu dan 26 minggu. Hasil diagnose pada janin yang berusia 28 minngu telah
teridentifikasi bahwa calon bayi memiliki ginjal hyperechogenic membesar dan
unilateral kaki polydactyly. Peneliti mengidentifikasi adanya mutasi pada gen BBS2
yaitu adanya penghapusan 2-bp di ekson 15 (1909-1910delAT), sehingga mutasi
frameshift (M637fsX648), yang diwarisi dari ayah, dan transversi C → T di ekson
6, sehingga mutasi nonsense pada kodon 234 (R234X), yang diturunkan dari ibu.
Pada janin ini, heterozigot penghapusan 4-bp juga terdeteksi di BBS4 intron 7,
berpotensi menghilangkan situs menjerat cabang. Mutasi ini diwariskan dari ayah
tanpa gejala. RNA diekstraksi dari sampel darah, tapi RT-PCR gagal menemukan
transkrip supernumerary abnormal. Kasus ini adalah satu-satunya seri kami di
mana tiga alel BBS bermutasi telah diidentifikasi.
Hasil penelitian pada janin yang berusia 22 minggu
menunjukan adalanya mutasi pada gen BBS2 senyawa heterozigot, membawa mutasi
nonsense dari ayah diwariskan dalam ekson 6 (R216X) dan penghapusan 2-bp di
ekson 15 (1808 Delta), sehingga mutasi frameshift (Y603fsX612), yang ia
diwarisi dari ibunya. Kehamilan dihentikan karena kehadiran, pada pemeriksaan
USG, ginjal kistik terkait dengan unilateral atas-tungkai dan kaki bilateral
polydactyly postaxial. berdasarkan ginjal fitur makroskopik dan histologi menunjukkan
kekacauan parah arsitektur parenkim ginjal, yang melibatkan lapisan korteks dan
medulla. Namun, hati menunjukkan
fibrosis portal ringan tetapi tidak ada saluran empedu proliferasi. Calon bayi
teridentifikasi tidak memiliki polydactyly atau otak anomali, dan ginjal kiri
sedikit lebih besar dari normal pada pemeriksaan USG. Analisis DNA menunjukkan
bahwa dia adalah heterozigot untuk ayah mutasi R216X. (Levy.1970).
Hasil penelitian pada janin yang berusia 26 minggu
teridentifikasi dengan ginjal kistik membesar, oligoamnios, dan kaki
polydactyly bilateral. Pemeriksaan histologi hati menunjukkan fibrosis portal
ringan tanpa saluran empedu proliferasi. Ginjal yang membesar dipengaruhi oleh
banyak kista yang tidak teratur, dilapisi dengan lapisan sel tunggal. Kista ini
melibatkan seluruh parenkim ginjal, dengan pembesaran volume yang menuju
medula. Hanya 1-2 rentang glomeruli dewasa yang diamati di zona nefrogenik
kortikal. Tidak ada malformasi visceral lainnya, dan pemeriksaan SSP
biasa-biasa saja. Dalam hal ini, G → C transversi homozigot di ekson 1 dari gen
BBS2, yang mengarah ke substitusi dari arginin dengan prolin pada kodon 23
(R23P), diidentifikasi. Kedua orang tua yang heterozigot untuk mutasi ini (1C
ara.). Mutasi missense ini menyangkut asam amino dilestarikan dan tidak
terdeteksi pada 100 kromosom kontrol. (Levy.1970).
C.
Gejala Yang Timbul Pada Penderita SLMBB
Menurut Hartono (2009),
Gejala pada setiap kasus SLMBB tidak selalu sama, namun gejala utama pada
sindrom ini adalah masalah degenerasi pada retina yang mengarah pada jehilangan
penglihatan atau rabun senja, polydactyly postaxial yang biasanya terjadi pada
kedua tangan dengan penambahan 1 jari pada masing-masing tangan dan juga pada
kaki, masalah tumbuh kembang, gangguan fungsi ginjal, mikropenis dan malformasi
genital perempuan serta masalah obesitas atau kegemukan yang berkekepanjangan
selama masa hidupnya. Semua gejala-gejala klinis tersebut merupakan gejala
kompleks yang disebabkan karena terjadi mutasi pada gen BBS.
Gejala klinis yang
timbul pada penderita Sindrom Laurence Moon Bardet-Biedl sangat bervariasi
diantaranya:
a. Degenerasi pada retina, Rod-cone dystrophy (atipikal
retinitis pigmentosa) telah didiagnosis oleh dokter mata di 102 (93%) pasien. Pada
malam hari penderita SLMBB mengalami kehilangan penglihatan. Penderita BBS
terisolasi lebih awal dari karena itu khas retinitis pigmentosa, dan
perkembangan yang cepat, dengan rata-rata tujuh tahun dari diagnosis kebutaan.
Kelainan mata lainnya termasuk Silindris Tercatat, strabismus, katarak, buta
warna, edema makula dan degenerasi, dan atrofi optik. (Anonym.2012).
Gejala ini menurut hasil pemeriksaan kondisi umum yang
normal dengan tajam penglihatan mata kanan dan kiri 6/12 dan tidak dapat
dikoreksi. Segmen anterior kedua mata dalam batas normal, sementara pada
funduskopi kedua mata didapatkan adanya refleks yang kurang cemerlang dari
makula serta pada retina kami dapatkan adanya area hiperpigmentasi terutama di
daerah midperifer, yang menggambarkan adanya retinitis pigmentosa (Gambar 1).
Pemeriksaan lapang pandang memperlihatkan depresi berat untuk kedua mata, seperti
yang tampak pada Gambar 2. Pada pemeriksaan kemampuan warna, pasien tidak dapat
membaca semua plate dengan baik, kecuali plate kontrol.
b.
Polydactyly Postaxial, Polydactyly adalah suatu cacat lahir bawaan yang
memperlihatkan adanya kelebihan jari tangan atau jari kaki pada masing-masing
tangan atau kaki. Jari tangan atau jari kaki yang lebih tersebut mungkin tidak
berkembang dengan baik, berbentuk seperti batangan kecil yang dekat dengan jari
kelingking dan tidak bertulang. Pada kasus polydactyly yang sederhana, yang
lebih sering dikenal, dapat dihilangkan hanya dengan mengikat benang di
sekeliling batangan tersebut dan menunggunya sampai terlepas. Pada anak-anak
dengan jari tangan atau jari kaki lebih yang besar dan terbentuk sempurna
(polydactyly kompleks). Gambar dibawah ini menunjukan kaki dan tangan yang mengalami
penambahan jari karena adanya mutasi pada gen BBS.
c. Obesitas atau kegemukan merupakan
gejala klinis akibat mutasi pada gen BBS.
Menurut
Beales (1999), Kegemukan adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak
tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa hingga menyebabkan dampak
merugikan bagi kesehatan. Berdasarkan indeks massa tubuh (BMI), dimana tinggi
ini dimasukkan ke dalam perhitungan. Menurut rumus ini, BMI dari perempuan
normal pada sentil ke-50 untuk tinggi akan 26 kg / m2 di sentil 91 dan 29 kg /
m2at sentil ke-98. Wanita di atas sentil the91st diklasifikasikan sebagai kelebihan
berat badan dan di atas 98 sebagai obesitas. Klein dan Ammann13 berdasarkan
perkiraan obesitas mereka pada berat saja, dan diplot mereka pada grafik
populasi normal terkait usia, sementara mengklasifikasikan setiap pasien atas
sentil ke-50 sebagai obesitas. Hijau et AL1 grafik berat badan tinggi
disesuaikan digunakan dalam studi 25 mata pelajaran BBS, dan didefinisikan
semua orang di atas sentil ke-90 sebagai kelebihan berat badan dan atas-95
sebagai terlalu gemuk.
d.
Hipogonadisme
Semua orang dewasa diperiksa menunjukkan
karakteristik seksual sekunder. Pada laki-laki, hipogonadisme hampir secara
universal (hadir di 60 dari 62 responden), sedangkan testis maldescended
dilaporkan oleh delapan pasien (13%). Penis kecil dan sering dimakamkan di
jaringan adiposa. Pada wanita, usia rata-rata menarche adalah 13,8 tahun.
Setelah menstruasi, siklus tidak teratur dilaporkan untuk sebagian besar
perempuan. Tiga wanita yang terkena dampak (2,7%) telah melahirkan normal,
anak-anak yang sehat.(Suryo.1990).
e.
Cacat jantung
Menurut Beales (1999), Cacat jantung bawaan dicatat
dalam delapan pasien (7%). Ini termasuk, dalam urutan frekuensi, stenosis aorta
(3), patent ductus arteriosus (3), dan kardiomiopati tidak ditentukan (2).
f. Anomali Ginjal
Telah ditemukan bahwa lima dari 123 saudara kandung (4,1%) dari 109
pasien BBS yang disurvei memiliki satu atau lebih kelainan ginjal bawaan. Dua
(1,6%) memiliki agenesis ginjal unilateral dan satu juga memiliki kelainan
kompleks saluran kemih soliter. Selain itu, tiga (2,4%) menunjukkan
vesikoureter refluks. Salah satu orang tua dari pasien BBS memiliki agenesis
ginjal unilateral, dengan ginjal soliter pada gagal ginjal tahap akhir, dan
orang tua kedua (laki-laki berusia 37 tahun) memiliki pelvis ginjal digandakan
dan ureter. Orang ini, laki-laki kedua berusia 52 tahun, dan seorang perempuan
berusia 40 tahun, semua orang tua putih mata pelajaran yang terkena dampak,
memiliki adenokarsinoma sel ginjal dari sel yang jelas tipe histopatologis yang
sama.(Anonim.2001)
Gejala klinis lainnya pada penderita Sindrom
Laurence Moon Bardet Bidl adalah keterlambatan tumbuh kembang, diabetes
milletius, dan kehilangan keseimbangan saat berjalan.
2. CARA
PENCEGAHAN TERHADAP SINDROME LURENCE MOON BARDET BIEDL
Menurut Ahmad (2012), Penanganan
untuk Sindroma Laurence-Moon-Bardet- Biedl hingga saat ini masih difokuskan
pada penanganan gejala, misalnya untuk gangguan visus dapat diberikan alat
bantu melihat dan latihan mobilisasi yang dapat dimanfaatkan untuk masa
depannya. Masalah obesitas dapat ditangani dengan konsultasi menu diet yang
sesuai pada ahli gizi. Kemampuan berkomunikasi dapat dilatih dengan terapi
khusus dan orang tua ataupun lingkungan sekitarnya untuk dapat melakukannya di
rumah untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi, sedangkan untuk polidaktili
dapat dilakukan prosedur bedah. Karena orang tua pasien sudah mencapai usia
yang cukup tua untuk reproduksi, maka mereka sudah tidak menginginkan anak
lagi. Dengan demikian risiko terjadinya Sindroma Laurence-Moon-Bardet-Biedl
sebesar 25% pada setiap kelahiran telah dapat dihentikan. Kalau Sindroma
Laurence-Moon-Bardet-Biedl sebesar 1 per 140.000 kelahiran, sedangkan di Kuwait
sebesar 1 per 13.500 kelahiran merupakan angka yang sangat kecil, sesuai dengan
angka rata-rata insidensi penyakit monogenik autosomal resesif. Di Asia dan
Australia belum ada data insidensi SLMBB. Kalau diumpamakan insidensi 1 per
15.000, maka atau kira-kira sebesar 1/60, artinya bahwa 1 dari setiap 60
penduduk adalah heterozigot atau carrier (Aa), 59 lainnya adalah normal
(AA), sedangkan frekuensi penderita (aa) sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
Syndrome
Laurence-Moon-bardet-Biedl juga dapat di tangani dengan melakukan konseling
genetic, yaitu melakukan Tes untuk mengidentifikasi pembawa sifat, Tes janin
dan Skrining bayi baru lahir. Cara-cara tersebut dapat mengidentifikasi
beberapa gejala klinis seperti polidactyly. Cara mengatasi sindrom ini di
sesuaikan dengan gejala yang timbul, missal pada masalah obesitas dapat di
tanggulangi dengan cara merubah
kebiasaan makan (makan perlahan-lahan, yang nantinya secara rutin), mengontrol
pola makan serta menyeleksi makanan yang akan dikonsumsi (mengurangi makan
makanan berlemak, hindari junk food dan fastfood), kontrol porsi dan
mengkonsumsi sedikit kalori, dan meningkatkan aktivitas fisik (terutama
berjalan) dan merubah gaya hidup lebih aktif. (Campbell.2008:301).
Terapi
gen dengan teknik stem cell untuk mengatasi SLMBB
Stem cell
adalah sel induk yang berada dalam tubuh kita sendiri yang memiliki kemampuan
memperbaharui dan memulihkan. Dalam kondisi seperti ini, ia dapat dikelompokkan
sebagai sel multifungsi. Prinsip metode stem cell terhadappenyakit gagal ginjal
: Stem cell melalui injeksi pada pembuluh atau metode intervensi lainnya
dimasukkan ke ginjal, dapat membantu regenerasi sel pada ginjal yang rusak,
menghambat proses kerusakan ginjal, hingga memulihkan fungsi ginjal tersebut.
Menurut
Campbell (2008), Aplikasi stem sel dalam kedokteran memiliki banyak manfaat.
Pengobatan dengan stem sel menggunakan teknik transplantasi dimana hasil stem
sel dimasukkan kedalam bagian organ yang akan disembuhkan. Dalam proses
transplantasi dapat dilakukan transplantasi autologous yaitu dengan menggunakan
sel induk dari pasien itu sendiri yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi
dosis tinggi. Dan transplantasi alogenik yaitu dengan menggunakan sel induk
dari pendonor yang cocok, baik hubungan keluarga atau tanpa adanya hubungan keluarga,
atau dengan transplantasi singenik yaitu dengan menggunakan sel induk dari saudara kembar identic. Adapun
jenis-jenis transplantasi yang dapat
digunakan yaitu : transplantasi sel punca dari sum-sum tulang be;lakang
(bone marrow transplantation) dan
transplantasi sel punca darah tepi (peripheral
blood stem cell transplantation).
Stem cell
dapat mengobati glomerulonefritis kronik, kerusakan ginjal yang disebabkan oleh
metabolisme yang tidak normal, nefropati pada pembuluh darah, penyakit ginjal
turunan, Infeksi pada Ginjal, Penyakit sistemik, Nefropati Beracun, Nefropati
obstruktif, dan penyakit ginjal yang disebabkan oleh faktor lainnya. Metode
pengobatan ini sangat efektif bagi pasien penderita gagal ginjal stadium I, II,
III, maupun IV (uremia). Tahapan yang digunakan dalam mengobati salah satu
gejala SLMBB yaitu stem sel pada gagal ginjal dengan melalui tahapan sebagai
berikut :
a.
Pengambilan sumsum tulang dari tubuh pasien atau bisa dari
smbrio yang telah disediakan,.
b.
Pemisahan, pemeliharaan dan pengembangbiakan sel induk diluar
tubuh dalam sebuah media khusus sehingga akan menghasilkan diferensiasi sel
yang diinginkan.
c.
Kemudian stem sel yang dihasilkan atau dibutuhkan bisa
dimasukkan atau di transplantasikan kejantung pasien. (Anonym.2012).
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai
Sindrome Laurence Moon Bardet Biedl (SLMBB) dapat diambil kesimpulan bahwa:
1.
Sindrome Laurence Moon Bardet Biedl adalah salah satu kelainan
genetic yang diwariskan secara automal resesif, SLMBB merupakan kelainan yang
jarang terjadi dan banyak mempengaruhi bagian tubuh, Gejala klinis yang timbul
pada penderita Sindrome ini adalah degenerasi retina mata, polydactyly,
kerusakan fungsi ginjal, obesitas, hipogonadisme dan lain sebagainya, Penyebab
utama pada SLMBB adalah mutasi gen pada kromosom 16q21, kromosom 11q13, serta kromosom 3p12 dan 15q22, Gen
penyebab SLMBB adalah gen BBS,yaitu BB1 sampai BBS12, Mutasi gen BBS yang telah
teridentifikasi dan berkontribusi banyak terhadap SLMBB adalah gen BBS1 dan gen
BBS10 yaitu sekitar 21% sampai 25%.
2.
Cara
penanganan syndrome Laurence Moon Bardet Bield ini disesuaikan dengan gejala
yang timbul, Syndrome Laurence Moon Bardet Biedl dapat di identifikasi dengan konseling
genetic yaitu dengan melakukan Tes untuk mengidentifikasi pembawa sifat, Tes janin dan
Skrining bayi baru lahir, stem sel dapat digunakan sebagai cara penanganan
terhadap SLMBB, dengan tahapan sebagai berikut : Pengambilan sumsum tulang dari
tubuh pasien atau bisa dari smbrio yang telah disediakan, Pemisahan,
pemeliharaan dan pengembangbiakan sel induk diluar tubuh dalam sebuah media
khusus sehingga akan menghasilkan diferensiasi sel yang diinginkan, Kemudian
stem sel yang dihasilkan atau dibutuhkan bisa dimasukkan atau di
transplantasikan kejantung pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad,
Shiraz, Summera Tufail, Zubair Anwar, Hussain Mustatab Wahedi, Muhammad Abrar
and Asif Mir. 2012. Mapping of Genes Involved in Bardet-Biedl
Syndrome (BBS) in Pakistani Populat. current Research Journal of
Biological Sciences 4(4): 513-518, 2012 ISSN: 2041-0778 © Maxwell Scientific
Organization, 2012
Beales
. P L, N Elcioglu, A S Woolf, D Parker, F A Flinter. 1999. New criteria for improved diagnosis of Bardet-Biedl syndrome: results
of a population Survey. J Med
Genet 1999;36:437–446
Campbel.
Neil. Dkk. 2008. Biologi edisi kelima
jilid 1. Jakarta : Erlangga
Hartono, Fitria Natliani. 2009. Sindroma Laurence-Moon-Bardet-Biedl. Department of Ophthalmology School of Medicine, Gadjah Mada
University/Dr. Sardjito General Hospital Yogyakarta
Levy M, Lotem M, Fried A. 1970. The Laurence-Moon-Biedl-Bardet syndrome:
report of three cases in a jewish yemenite family. J Bone Joint Surg,
1970; 52 (2): 318–24.
Suryo. 1990. Genetika Strata 1. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press.
Anonim.
2001. Sindrome Laurence Moon. http//Webmaster
dictionary. Laurence-Moon syndrome.
2001. Diakses pada 20 November 2012, pukul 21.05 WIB
Anonim. 2012. Mutasi Kromosom dan Gen. http//Wikipedia.com.
html. Diakses pada 20 November 2012, pukul 21.05 WIB
Komentar
Posting Komentar