MAKALAH PENGARUH EKSTRAK SEGAR DAUN ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) DAN BUAH TERONG BELANDA (Solanum betaceum Cav.) TERHADAP JUMLAH ERITROSIT DAN KADAR HEMOGLOBIN MENCIT (Mus musculus L.)

PENGARUH EKSTRAK SEGAR DAUN ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) DAN BUAH TERONG BELANDA (Solanum betaceum Cav.) TERHADAP JUMLAH ERITROSIT DAN KADAR HEMOGLOBIN MENCIT (Mus musculus L.)


A.    Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara pengguna tumbuhan obat terbesar di dunia bersama negara lain di Asia seperti Cina dan India. Hal ini sangat erat kaitannya dengan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki dan keragaman budaya yang terpelihara sampai saat ini. Di Indonesia masih banyak jenis tumbuhan obat yang belum dibudidayakan sehingga ketersediaannya masih tergantung pada alam. Sampai saat ini, beberapa dari ribuan tanaman tersebut belum diketahui dengan jelas manfaat dan khasiatnya bagi kesehatan. Tanaman obat telah lama digunakan sebelum obat sintetik mulai beredar ke masyarakat.
Masalah yang sering timbul di masyarakat adalah masalah kekurangan darah, dan yang lebih sering menjadi keluhan adalah kurangnya eritrosit dalam tubuh atau lebih dikenal dengan anemia. Sel darah merah atau eritrosit adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengabil oksigen dari paru-paru, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi.
Berkurangnya jumlah sel darah merah (eritrosit) dan konsentrasi hemoglobin dapat menyebabkan kekuarangan darah atau anemia. Pada umunya, di Indonesia anemia masih tinggi terutama di daerah pedesaan yang terletak di lereng gunung. Kebanyakan penderita anemia adalah ibu hamil, anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena pembentukan sel-sel darah merah terganggu akibat kadar zat besi dalam darah berkurang sehingga disebut dengan anemia defisiensi. Hal ini juga disebabkan oleh terganggunya berbagai fungsi fisiologis organ yang berkaitan dengan peran hemoglobin sebagai pembawa O2 ke jaringan yang diperlukan untuk proses metabolisme.
Anemia karena kekurangan zat besi dipengaruhi juga oleh vitamin C. Zat besi (Fe) dan vitamin C merupakan faktor yang berhubungan dengan pembentukan sel darah merah dan hemoglobin dalam darah. Vitamin C berperan dalam memindahkan zat besi dari transferin di dalam plasma ke feritin hati. Sebagian besar transferin darah membawa zat besi ke sumsum tulang dan bagian tubuh lainnya. Sumsum tulang memerlukan prekursor seperti zat besi, vitamin C, vitamin B12, kobalt dan hormon untuk pembentukan sel darah merah dan hemoglobin.
Tanaman obat seperti Rosela (Hibiscus sabdariffa) dan terong belanda Solanum betaceum Cav.) merupakan tanaman herba yang mudah tumbuh di berbagai daerah. Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang memiliki kandungan mineral, Fe dan vitamin C paling tinggi diantara tanaman obat lainnya. Kandungan Fe dan vitamin C dalam daun lebih tinggi dibandingkan pada kelopak maupun bunga dari rosela tersebut. Terong belanda (Solanum betaceum Cav.) adalah tanaman yang memiliki kandungan nutrisi yang sangat baik. Tanaman ini memiliki kandungan vitamin C dan zat besi yang sempurna. Zat besi merupakan prekursor yang sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin dan sel darah merah (eritrosit).
Kandungan zat besi dan vitamin C yang tinggi pada kedua tanaman obat tersebut dapat meningkatkan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin dalam darah mencit. Hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi saya untuk lebih luas membahas apa itu kandungan ekstrak segar daun rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dan buah terong belanda (Solanum betaceum Cav.), faktor pengaruh jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin darah, bagaimana pengaruh kedua ekstrak tanaman tersebut terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin dalam darah mencit (Mus musculus L.), serta bagaimana pengaruhnya apabila diterapkan untuk manusia.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1.      Apa kandungan ekstrak segar daun rosela (Hibiscus sabdariffa L.) dan buah terong belanda (Solanum betaceum Cav.)?
2.      Apa faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin darah mencit?
3.      Bagaimana cara kerja kandungan ekstrak segar daun rosela (Hibiscus sabdariffa L.) dan buah terong belanda (Solanum betaceum Cav.) terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin darah mencit?
4.      Bagaimana perbedaan pengaruh ekstrak segar daun rosela (Hibiscus sabdariffa L.) dan buah terong belanda (Solanum betaceum Cav.) terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin darah mencit?

C.    Tujuan
Rumusan masalah yang dikembangkan dari latar belakang, memiliki tujuan sebagai berikut.
1.      Mengetahui kandungan ekstrak segar daun rosela (Hibiscus sabdariffa L.) dan buah terong belanda (Solanum betaceum Cav.)?
2.      Mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin darah mencit.
3.      Mengetahui cara kerja kandungan cara kerja kandungan ekstrak segar daun rosela (Hibiscus sabdariffa L.) dan buah terong belanda (Solanum betaceum Cav.) terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin darah mencit.
4.      Mengetahui perbedaan pengaruh pemberian ekstrak segar daun rosela (Hibiscus sabdariffa L.) dan buah terong belanda (Solanum betaceum Cav.) terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin darah mencit.





1.      Kandungan Ekstrak Segar Daun Rosela (Hibiscus sabdariffa L.

Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang memiliki kandungan mineral, Fe dan vitamin C paling tinggi diantara tanaman obat lainnya, seperti bayam (Amaranthus janjeticus), daun singkong (Manihot esculenta), daun katuk (Sauropus androgynus) dan lain sebagainya. Kandungan Fe dan vitamin C dalam daun lebih tinggi dibandingkan pada kelopak maupun bunga dari rosela tersebut. Daun rosela memiliki kandungan vitamin C dan zat besi yang cukup tinggi dan senyawa lainnya seperti, kalori, air, protein, betakaroten, fosfor, kalsium, tiamin, riboflavin, lemak, dan karbohidrat. Zat besi (Fe) berperan dalam pembentukan dan pematangan sel darah merah yang dalam proses tersebut vitamin C berfungsi sebagai pemicu zat besi tersebut. Sehingga zat besi dan vitamin C saling berhubungan dalam pembentukan dan pematangan sel darah merah, (Armista, 2012).
Proses perombakan sel darah merah kembali, hati mengikat zat besi (Fe) ke transferin darah yang mengankutnya kembali ke sumsum tulang untuk digunakan kembali membuat sel darah merah yang baru. Selain Fe, vitamin C, tiamin, riboflavin yang terdapat dalam kandungan daun rosela yang berfungsi dalam pembentukan dan pematangan sel darah merah. Senyawa lain yang terkandung dalam daun rosela tersebut yaitu protein. Protein dalam tubuh berperan sebagai pembentuk eritrosit. Zat besi akan berasosiasi dengan molekul protein yang membentuk ferritin dan dalam keadaan transpor akan membentuk tansferrin yang berfungsi mengangkut besi yang akan digunakan pada proses hematopoiesis atau pembentukan butir- butir darah (Andanna & Sri Sumarni, 2006).
Daun rosela memiliki kandungan senyawa selain vitamin C yang fungsinya berhubungan dengan pembentukan darah dan hemoglobin terdapat zat besi (Fe), protein serta beberapa kandungan senyawa lainnya yang mendukung poses pembentukan darah dan hemoglobin.

2.      Kandungan Buah Terong Belanda (Solanum betaceum Cav.)
Tanaman obat terong belanda (Solanum betaceum Cav.) belum begitu banyak diketahui manfaatnya oleh kalangan masyarakat, padahal buah terong belanda memiliki kandungan flavonoid, terpen atau steroid, dan saponin, sedangkan senyawa alkaloid tidak ditemukan dalam buah terong belanda. Kandungan kimia buah terong belanda yang paling tinggi adalah senyawa terpen atau steroid dan senyawa saponin, diikuti senyawa flavonoid atau tanin. Senyawa ini dalam konsentrasi yang tidak
Tanaman terong belanda juga mengandung senyawa saponin. Senyawa inilah yang juga dalam konsentrasi yang tidak optimal dapat mengganggu proses pembentukan sel darah merah. Senyawa saponin mempunyai rasa pahit dan berbusa bila dilarutkan. Saponin dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah. Senyawa saponin juga dapat mengganggu penyerapan mineral dan vitamin dalam tubuh. Saponin dapat menekan konsentrasi Fe hati melalui penyerapan Fe yang tidak sempurna dengan membentuk kompleks Saponin-Fe, (Anonim, 2012). optimal dapat mengganggu proses pembentukan sel darah merah. Hal ini didasarkan pada sifat-sifat senyawa tersebut yang dapat mengganggu proses di dalam sel, khususnya sel darah. Flavonoid, tanin, dan senyawa terpen merupakan produk metabolit sekunder yang dihasilkan oleh berbagai tanaman. Flavonoid dapat berfungsi sebagai antioksidan. Manfaat yang lain yaitu untuk melindungi struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, anti inflamasi, dan juga sebagai antibiotik. Polifenol tanin yang ada di dalam teh dan tanaman lain mengikat zat besi heme dan membentuk kompleks besi-tanoat yang tidak larut sehingga zat besi tidak dapat diserap dengan baik (Ningsih, 2007). Senyawa terpenoid menyebabkan permeabilitas membran sel akan terganggu dan memiliki efek sinergis bagi toksin lain dengan bertindak sebagai solven untuk memfasilitasi toksin bergerak melalui membran. Hal ini menyebabkan terganggunya proses seluler.

B.     Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Darah Mencit
Ketika jumlah sel darah merah berkurang dari kisaran normal, maka kekebalan tubuh akan berkurang. Ada beberapa penyebab jumlah eritrosit berkurang, diantaranya :
1.      Gangguan sistem kekebalan, sebagian besar penyakit autoimun menyebabkan sistem kekebalan tubuh untuk menyerang sel-sel darah tubuh sendiri. Sehingga penyakit autoimun seperti anemia hemolitik autoimun, anemia pernisiosa, dan lupus dapat menyebabkan jumlah sel darah merah atau eritrosit alam tubuh berkurang.
2.      Anemia, merupakan suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb dalam 1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah. Penyebabnya sangat beragam, dari yang karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai kelainan hemolitik. Anemia adalah suatu keadaan tubuh yang ditandai dengan defisiensi pada ukuran dan  jumlah eritrosit atau pada kadar hemoglobin yang tidak mencukupi untuk fungsi pertukaran O2 dan CO2 diantara jaringan dan darah.
3.      Gangguan pada limpa, fungsi limfa yang termasuk pada sistemlimfatik sangat diperlukan oleh tubuh untuk melawan infeksi dan menjaga cairan tubuh tetap seimbang. Setiap gangguan limpa dapat menghambat kerja-kerja pada jaringan yang menyebabkan sel darah merah atau eritrosit dalam darah menurun.
4.      Penyakit Hodgkin, merupakan kanker yang terjadi pada sistem limfatik. Hodgkin terjadi pada kelenjar getah bening,limpa, hati dan sumsum tulang, ketiga organ tersebut sangat penting untuk mepertahankan jumlah sel darah merah agar tetap normal. Sehingga setiap gangguan yang terjadi pada limpa, hati dan sumsum tulang dapat menyebabkan seldarah merah rendah.
5.      Leukemia, merupakan kanker pada sel darah merah  yangmempengaruhi sumsum tulang, sebagai organ yang memproduksi sel darah merah dalam tubuh. sumsum tulang merupakan suatu jaringan lunak yang terdapat di dalam tulang, pada dasarnya hal ini mempengaruhi selsel darah putih yang menyebabkan dapat berkembang biak secara normal. Pada akhirnya  sel darah putih berkerumun dengan sel darah lain termasuk sel darah merah, sehingga jumlah sel darah merah berkurang, (Ganong, 1997).
Rendahnya jumlah hemoglobin adalah penyebab utama anemia. Hemoglobin  rendah menunjukkan rendahnya tingkat oksigen dalam darah. Apabila kadar hemoglobin darah rendah, maka pasokan okseigen ke berbagai bagian tubuh akan berkurang. Hal tersebut menyebabkan fungsi tubuh terhambat. Secara umum penyakit kronis yang berhubungan dengan sel darah merah juga berpengaruh pada  kadar hemoglobin darah. Ada beberapa hal yang menyebabkan kadar hemoglobin dalam darah menjadi rendah, diantaranya :
1.      Kekurangan gizi, merupakan penyebab umum rendahnya kadar hemoglobin darah. Kadar hemoglobin darah dapat disebabkan oleh kurangnya vitamin terutama vitamin B12.
2.      Anemia defisiensi zat besi, disebabkan karena kurangnya kandungan zat besi pada makanan yang dikonsumsi. Kekurangan zat besi secara langsung mempengaruhi produksi hemoglobin, sehingga dapat menyebabkan kesalahan dalam proses produksi dari molekul hemoglobin, dan kadar hemoglobin yang di produksi hanay sedikit.
3.      Pendarahan yang berlebihan, menyebabkan sel darah merah berkurang banyak, dan menyebabkan hemoglobin ikut turun atau menjadi rendah.
4.      Ketidak seimbangan hormon serta Penyakit kronis seperti infeksi ginjal jangka panjang yang menyebabkan gagal ginjal dan kanker.  Hal tersebut juga menyebabkan kadar hemoglobin darah berkurang. Setiap hal yang menyebabkan jumlah sel darah turun atau menyebabkan sel darah rusak dapat menyebabkan kadar hemoglobin menjadi rendah,  (Ganong, 1997).

1.      Cara Kerja Kandungan Ekstrak Segar Daun Rosela (Hibiscus sabdariffa L.)
Hemoglobin (Hb) adalah protein kompleks yang terdiri atas protein, globin, dan pigmen hem yang mengandung zat besi. Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen yang kaya akan zat besi dalam sel darah merah, dan oksigen dibawa dari paru-paru ke dalam jaringan. Hemoglobin merupakan salah satu bagian dari darah dan hemoglobin memiliki peranan penting dalam pembentukan sel darah merah (eritrosit). (Tambayong, 2001). Sebagian besar zat besi berada di dalam hemoglobin, yaitu molekul protein mengandung besi dari se darah merah dan mioglobin di dalam otot. Hemoglobin didalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan karbondioksida dari sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Menurunnya kadar zat besi dalam darah akan mengakibatkan tidak tercukupinya kebutuhan akan zat besi untuk mempertahankan masa eritrosit dan akan mengakibatkan konsentrasi hemoglobin akan menjadi rendah.
Daun segar rosella yang baru di petik terlebih dahulu dibuat  ekstrak segar. Daun rosella dihaluskan dengan cara di tumbuk, Kemudian dimasukkan ke dalam beaker gelas dan ditambahkan aquadest sebanyak 1 ml sebagai pelarutnya. Diaduk-aduk dan didiamkan sebentar. Kemudian disaring hingga didapatkan ekstrak daun yang dikehendaki. Ekstrak yang telah didapatkan diberikan kepada hewan uji Mus musculus jantan secara oral dengan menggunakan jarum gavage. Volume pemberian ekstrak sebanyak 0,3 ml/gBB/hari selama dua minggu.
Kandungan dalam ekstrak segar daun rosella seperti zat besi dan vitamin C secara otomatis masuk kedalam  tubuh mencit, dan menyebar ke seluruh bagian tubuh melalui peredaran darah. Dalam proses pencernaan, setiap kandungan zat yang terdapat pada ekstrak daun rosella akan dihantarkan pada organ yang membutuhkan zat tersebut. seperti halnya pada mencit anemia, vitamin c dan zat besi akan di hantarkan ke sumsum  tulang belakang untuk membantu produksi sel sarah merah serta meningkatkan kadar hemoglobin darah. Pada proses pematangan sel eritrosit, sumsum tulang belakang memerlukan banyak prekursor lain untuk terjadinya eritropoiesis yang efektif. Prekursor tersebut meliputi zat besi (Fe), vitamin C, vitamin E, vitamin B12, tiamin, riboflavin dan oksigen (O2) yang dibutuhkan oleh hormon eritropoietin.
Kandungan vitamin C yang terdapat dalam daun rosella dapat memicu zat besi untuk membantu  dalam pembentukan hemoglobin dalam sumsum tulang belakang. Seperti yang dikatakan oleh Almatsier (2001), bahwa dalam sumsum tulang besi digunakan untuk membuat hemoglobin yang merupakan bagian dari sel darah merah. Sedangkan fungsi vitamin C dalam darah yaitu membantu penyerapan zat besi tersebut. zat besi (Fe) akan di ikat oleh hati pada saat perombakan sel darah merah untuk di angkut kembali ke sumsum tulang. Sehingga dapat di gunnakan kembali untuk memproduksi sel darah merah yang baru. Kandungan zat-zat lainnya yang terdapat pada ekstrak daun rosella seperti Fe, vitamin C, tiamin, riboflavin digunakan untuk membentuk dan mematangkan sel darah merah.
Senyawa lain yang terkandung dalam daun rosela tersebut yaitu protein. Protein dalam tubuh berperan sebagai pembentuk eritrosit. Zat besi akan berasosiasi dengan molekul protein yang membentuk ferritin dan dalam keadaan transpor akan membentuk tansferrin yang berfungsi mengangkut besi yang akan digunakan pada proses hematopoiesis atau pembentukan butir-butir darah (Andanna, 2006).
Menurut Almatsier (2001), zat besi (Fe), protein, vitamin B6 dalam daun rosella berperan sebagai katalisator dalam sintesis heme di dalam molekul hemoglobin, vitamin C yang mempengaruhi absorpsi dan pelepasan besi dari transferrin ke dalam jaringan tubuh, dan vitamin E yang mempengaruhi stabilitas membran sel darah merah. Vitamin C dalam jumlah cukup dapat melawan sebagian pengaruh faktor-faktor yang menghambat penyerapan besi. Vitamin C mereduksi besi ferri (Fe3+) menjadi ferro (Fe2+) dalam usus halus sehingga mudah diabsorpsi. Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sukar dimobilisasi untuk membebaskan besi bila diperlukan. Dengan demikian dengan pemberian ekstrak daun rosella akan membantu memnuhi kebutuhan vitamin C dan pasokan zat besi yang sangat berpengaruh terhadap jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin darah.

2.      Cara Kerja Kandungan Ekstrak Buah Terong Belanda (Solanum betaceum Cav.)
Kandungan Vitamin C pada buah terong belanda berpengaruh terhadap kualitas sel darah merah karena manfaat vitamin C ini sebagai antioksidan yang menetralisir radikal bebas berupa pajanan NaNO2 sehingga Vitamin C ini lebih dikonsentrasikan dalam proses perbaikan struktur sel darah tersebut. Kandungan vitamin C pada konsentrasi yang tidak optimal dapat mengganggu proses pembentukan sel darah merah. Proses pembentukan sel darah merah dipengaruhi oleh beberapa faktor, dan salah satunya dipengaruhi oleh faktor hormon eritropoietin, yaitu hormon yang dihasilkan oleh ginjal untuk memicu proses pembentukan sel darah merah dalam sumsum tulang (Ganong, 1997). Berdasarkan uji skrining yang telah dilakukan pada tanaman terong belanda juga mengandung senyawa saponin. Senyawa inilah yang juga dalam konsentrasi yang tidak optimal dapat mengganggu proses pembentukan sel darah merah. Senyawa saponin mempunyai rasa pahit dan berbusa bila dilarutkan. Saponin dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah. Senyawa saponin juga dapat mengganggu penyerapan mineral dan vitamin dalam tubuh. Saponin dapat menekan konsentrasi Fe hati melalui penyerapan Fe yang tidak sempurna dengan membentuk kompleks Saponin-Fe.
Kandungan zat di dalam terong belanda (Solanum betaceum Cav.) dapat meningkatkan kadar hemoglobin. Menurut Sianturi (2012), buah terong belanda merupakan tanaman yang memiliki kandungan gizi yang lengkap terutama kaya akan zat besi. Kandungan ini adalah merupakan salah satu kandungan utama yang meningkatkan kadar hemoglobin ,karena hemoglobin merupakan komponen darah yang berikatan dengan zat besi (Fe). Selain kandungan Fe yang tinggi untuk proses pembentukan hemoglobin, tanaman terong belanda juga kaya akan vitamin A.
Pembentukan hemoglobin juga dipengaruhi oleh vitamin A. Hubungan vitamin A dengan peningkatan hemoglobin sangat penting, karena zat besi dan vitamin A pada makanan sangat baik untuk memelihara kesehatan jaringan epitel termasuk endothelium pada pembuluh darah. Vitamin A yang cukup akan meningkatkan nilai hemoglobin seiring dengan kenaikan vitamin A. Selain itu, tanaman terong belanda juga mengandung vitamin B6. Vitamin B6 diperlukan sebagai koenzim dalam metabolisme protein yang juga diperlukan untuk sintesis hem dalam pembentukan hemoglobin, (Sianturi, 2012).
Sintesis heme terjadi di mitokondria melalui suatu rangkaian reaksi biokimia yang bermula dengan kondensasi glisin dan suksinil koenzim A oleh kerja enzim kunci yang bersifat membatasi kecepatan reaksi. Piridoksal fosfat (vitamin B6) adalah suatu koenzim untuk reaksi ini yang dirangsang oleh eritropoietin. Akhirnya, protoporfirin bergabung dengan zat besi dalam bentuk ferro (Fe2+) untuk membentuk heme. Masing-masing molekul heme bergabung dengan satu rantai globin yang dibuat pada poliribosom. Suatu tetramer yang terdiri dari empat rantai globin masing-masing dengan gugus heme nya sendiri dalam suatu kantung dan kemudian menyusunnya menjadi satu molekul hemoglobin (Hoffbrand, 2005).

1.      Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Daun Rosela (Hibiscus sabdariffa L.)
Ekstrak daun rosella memberikan pengaruh yang positif terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin darah mencit.  Kangdungan zat seperti Vitamin C dan zat besi yangterdapat pada ekstrak daun rosella dapat mengurangi resiko terkena anemia. Hal ini dapat dilihat pada grafik hasil penelitian, :
Gambar 3. Grafik jumlah sel darah merah mencit yang diberi ekstrak segar daun rosela pada konsentrasi yang berbeda. KA= Kontrol Anemia (pemberian NaNO2 selama 18 hari); KB= Kontrol Blank (pemberian NaNO2 selama 18 hari kemudian akuades sebagai pelarut selama 14 hari); P1, P2 dan P3= Perlakuan dengan konsentrasi ekstrak 14, 28, 42 mg/ ml akuades; huruf yang berbeda pada perlakuan berbeda menunjukkan berbeda nyata; satuan dalam juta sel/mm3.
Berdasarkan gambar grafik 3 tersebut,dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah sel darah merah pada kelompok perlakuan pemberian ekstrak segar daun terjadi peningkatan bila dibandingkan kelompok kontrol yaitu kontrol anemia (KA) dan kontrol blank (KB). Rata-rata jumlah eritrosit pada KA yaitu 11.575.000 sel/mm3 dan KB yaitu 12.271.667 sel/mm3. Sedangkan rata-rata jumlah sel darah merah pada P1 yaitu 14.499.167 sel/mm3, pada P2 yaitu 15.865.000 sel/mm3, dan P3 yaitu 20.230.000 sel/mm3. Peningkatan eritrosit pada KB bila dibandingkan dengan KA mungkin disebabkan karena pemberian akuades.
Hasil analisis statistik pada perlakuan dan kontrol yaitu kontrol anemia dan kontrol blank menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05) terhadap peningkatan jumlah eritrosit. Peningkatan jumlah sel darah merah seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak pada kelompok perlakuan. Hal ini diduga karena ada senyawa-senyawa yang terdapat pada daun rosela yang berhubungan dengan pembentukan dan pematangan eritrosit. Dari hasil uji ekstrak yang diketahui, daun rosela memiliki kandungan vitamin C dan zat bersi yang cukup tinggi dan senyawa lainnya seperti, kalori, air, protein, betakaroten, fosfor, kalsium, tiamin, riboflavin, lemak, dan karbohidrat, (Kristiana, 2008).
Pengaruh positif kestrak duan rosella terhadap kadar hemoglobin darrah mencit dapat di lihat pada gambar grafik di bawah ini :
Gambar 4. Grafik kadar Hb darah mencit yang diberi ekstrak segar daun rosela pada konsentrasi yang berbeda. KA= Kontrol Anemia (pemberian NaNO2 selama 18 hari); KB= Kontrol Blank (pemberian NaNO2 selama 18 hari kemudian akuades sebagai pelarut selama 14 hari); P1, P2 dan P3= Perlakuan dengan konsentrasi ekstrak 14, 28, 42 mg/ml akuades; huruf yang berbeda pada perlakuan berbeda menunjukkan berbeda nyata; satuan dalam g/100 ml.
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa rata-rata kadar hemoglobin (Hb) pada kelompok perlakuan pemberian ekstrak segar daun rosela terjadi peningkatan bila dibandingkan kelompok kontrol yaitu kontrol anemia (KA) dan kontrol pelarut KB). Rata-rata kadar hemoglobin pada KA yaitu 12,83 g100 ml dan KB yaitu 13,23 g/100 ml. Sedangkan kadar hemoglobin darah pada P1 yaitu 15,97 g/100 ml, pada P2 yaitu 14,97 g/100 ml, dan P3 yaitu 17,77 g/100 ml. Peningkatan hemoglobin pada KB bila dibandingkan dengan KA mungkin disebabkan karena pemberian akuades. Dalam proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, air mempunyai 2 fungsi utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin dan mineral serta juga akan berfungsi sebagai pembawa oksigen (O2) ke dalam sel-sel tubuh. Selain itu, air di dalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk samping hasil metabolisme seperti karbon dioksida (CO2) dan juga senyawa nitrat. (Sembiring, 2012).
Hasil analisa statistik pada perlakuan dan kontrol menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05) terhadap peningkatan kadar hemoglobin (Hb) darah mencit. Peningkatan kadar hemogobin seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak pada kelompok perlakuan. Berdasarkan rata-rata dan uji analisis tersebut, ekstrak segar daun rosela dapat meningkatkan kadar hemoglobin mencit. Hal ini karena adanya kandungan senyawa-senyawa yang terdapat pada daun rosela mampu meningkatkan kadar hemoglobin darah mencit. Dari hasil uji ekstrak yang diketahui, daun rosela memiliki kandungan vitamin C dan zat besi yang cukup tinggi dan senyawa lainnya seperti, kalori, air, protein, betakaroten, fosfor, kalsium, tiamin, riboflavin, lemak, dan karbohidrat. (Kristiana,2008).
2.      Pengaruh Pemberian Buah Terong Belanda (Solanum betaceum Cav.)
Kandungan vitamin C dan zat besi serta kandungan vitamin A yang tinggi dapat meningkatkan atau menambah jumlah sel darah merah pada mencit. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian terhadap mencit yang disajikan dalam gambar grafik di bawah ini :
Gambar 5. Jumlah Sel Darah Merah (Eritrosit) Mencit Jantan Strain DDW Yang Diberi Jus Buah Terong Belanda Dengan Konsentrasi Berbeda. KA= Kontrol Anemia (diberi NaNO2 selama 18 hari), KB= Kontrol Blank (diberi NaNO2 selama 18 hari kemudian diberi pelarut akuades selama 14 hari), dan P1, P2, P3 = perlakuan dengan konsentrasi jus buah terong belanda berbeda 40%, 50%, dan 60%.
Berdasarkan grafik tersebutt dapat dilihat bahwa ada peningkatan sel darah merah (eritrosit) yang fluktuatif apabila dibandingkan antara kelompok perlakuan terhadap kelompok kontrol. Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil pada kelompok kontrol yaitu kelompok KA memiliki nilai rata-rata jumlah eritrosit sebesar 11.58 x 106 sel/mm3, dan pada kelompok KB memiliki nilai rata-rata jumlah eritrosit sebesar 12.27 x 106 sel/mm3, sedangkan pada kelompok perlakuan diperoleh hasil nilai rata-rata jumlah eritrosit pada kelompok P1 sebesar 14.81 x 106 sel/mm3, pada kelompok P2 sebesar 11.47 x 106 sel/mm3, dan pada kelompok P3 sebesar 13.71 x 106 sel/mm3, (Sianturi et.al 2012).
Masing-masing perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kelompok kontrol. terjadi peningkatan yang fluktuatif, dimana pada kelompok perlakuan P1 memberi peningkatan yang lebih besar apabila dibandingkan dengan perlakuan P2 dan P3. Sedangkan pada kelompok perlakuan P2, rata-rata jumlah eritrosit mengalami penurunan, bahkan lebih rendah dari kelompok kontrol yaitu kelompok KA. Kelompok KB yang hanya diberi dengan pelarut akuades menunjukkan peningkatan jumlah eritrosit apabila dibandingkan dengan KA. Peningkatan yang terjadi pada KB ini dikarenakan pemberian pelarut akuades berpengaruh terhadap produksi eritropoietin. (Sianturi et.al 2012). Produksi eritropoetin dalam tubuh bergantung pada tekanan oksigen jaringan dan dimodulasi oleh suatu mekanisme umpan balik positif maupun negatif. Pada tekanan oksigen yang rendah, produksi meningkat yang akan menimbulkan peningkatan produksi eritrosit di sumsum tulang.
Selain dapat menambah jumlah sel darah merah, kandungan vitamin C, zat besi dan Vitamin A yang tinggi dapat meningkatkan kaddar hemoglobin darah pada mencit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan kadar hemoglobin darah mencit yang dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Gambar 6. Kadar Hemoglobin Yang Diberi Jus Buah Terong Belanda Dengan Konsentrasi Berbeda
Berdasarkan Gambar grafik diatas, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan rata-rata kadar hemoglobin apabila dibandingkan antara kelompok perlakuan terhadap kelompok kontrol baik terhadap KA maupun terhadap KB. Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh nilai rata-rata kadar hemoglobin pada kelompok kontrol yaitu kelompok KA sebesar 12,83% dan pada kelompok KB sebesar 13,23%, sedangkan pada kelompok perlakuan diperoleh nilai rata-rata kadar hemoglobin pada kelompok P1 sebesar 16,13%, pada kelompok perlakuan P2 sebesar 15,37%, dan pada kelompok perlakuan P3 sebesar 17,10%. (Sianturi et.al 2012).
Menurut Sianturi et.al (2012), Berdasarkan hasil yang diperoleh diduga adanya peningkatan nilai rata-rata kadar hemoglobin seiring dengan peningkatan konsentrasi perlakuan yang diberikan. Hal ini ditunjukkan pada perlakuan P3 memiliki nilai rata-rata kadar hemoglobin yang lebih besar yaitu sebesar 17,10% dibandingkan dengan P1 yang memiliki rata-rata 16,13% dan P2 yang memiliki rata-rata 15,37%.
Secara umum perbedaan pengaruh pemberian ekstrak daun rosella dan buah terong belandan terdapat dalam table dibawah ini :
Estrak Daun Rosella
Buah Terong Belanda
Ekstrak segar daun rosela dapat meningkatkan jumlah sel darah merah mencit jantan anemia seiring peningkatan konsentrasi ekstrak (P<0.05).

Buah terong belanda memberikan hasil fluktuatif terhadap jumlah eritrosit mencit jantan anemia, konsentrasi 40% memberikan efek peningkatan paling besar (p>0.05).
Ekstrak segar daun rosela dapat meningkatkan kadar hemoglobin darah mencit jantan anemia (P<0.05).
Buah terong belanda meningkatkan persentase kadar hemoglobin mencit jantan anemia dengan konsentrasi optimal 60% (p<0.05).

Pemberian ekstrak daun rosella maupun buah terong belanda masing-masing memiliki nilai positif, keduanya memiliki kandungan zat yang di perlukan untuk meningkatkan jumlah sel drah merah dan kadar hemoglobin darah. Kadar kandungan zat besi dan vitamin C padda ekstrak daun rosella lebih banyak disbanding dengan terong belanda, sehingga lebih efesien dalam mengobati penyakit kurang darah (anemia) dan lebih efektif dalam menjaga kadar eritrosit dan hemoglobin darah.

Kesimpulan
1.      Kandungan utama dalam ekstrak daun rosella dan buah terong belanda secara umum adalah sama. Daun rosela memiliki kandungan vitamin C dan zat besi yang cukup tinggi dan senyawa lainnya seperti, kalori, air, protein, betakaroten, fosfor, kalsium, tiamin, riboflavin, lemak, dan karbohidrat. Sedangkan buah terong belanda memiliki kandungan vitamin C, vitamin A, vitamin B6 dan zat besi, serta mengandung senyawa flavonoid, terpen atau steroid, dan saponin, flavonoid atau tanin.
2.      Faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah merah (eritrosit) dan kadar hemoglobin darah diantaranya : Gangguan sistem kekebalan, Anemia, Gangguan pada limpa, Penyakit Hodgkin, Leukemia, Kekurangan gizi, Anemia defisiensi zat besi, Pendarahan yang berlebihan, Ketidak seimbangan hormon serta Penyakit kronis
3.      Cara kerja kandungan ekstrak daun rosella dan buah terong belanda yaitu :
a.       Cara kerja kandungan ekstrak rosella yaitu vitamin C dengan jumlah banyak akan masuk ke seluruh bagian tubuh melalui darah dan memicu zat besi untuk membantu  dalam pembentukan hemoglobin dalam sumsum tulang belakang. Zat besi (Fe), protein, vitamin B6 akan berperan sebagai katalisator dalam sintesis heme di dalam molekul hemoglobin, vitamin C yang mempengaruhi absorpsi dan pelepasan besi dari transferrin ke dalam jaringan tubuh, dan vitamin E yang mempengaruhi stabilitas membran sel darah merah.
b.      Cara kerja kandungan buah terong belanda yaitu Saponin dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah, serta menekan konsentrasi Fe hati melalui penyerapan Fe yang tidak sempurna dengan membentuk kompleks Saponin-Fe. Zat besi dan vitamin A memelihara endothelium pada pembuluh darah. Vitamin A yang cukup akan meningkatkan nilai hemoglobin seiring dengan kenaikan vitamin A. Vitamin B6 diperlukan sebagai koenzim dalam metabolisme protein yang juga diperlukan untuk sintesis hem dalam pembentukan hemoglobin.
4.      Perbadaan pengaruh ekstrak daun rosella dan buah terong belanda antara lain adalah :
a.       Ekstrak segar daun rosela dapat meningkatkan jumlah sel darah merah mencit jantan anemia seiring peningkatan konsentrasi ekstrak (P<0.05) serta meningkatkan kadar hemoglobin darah mencit jantan anemia (P<0.05).
b.      Buah terong belanda memberikan hasil fluktuatif terhadap jumlah eritrosit mencit jantan anemia, konsentrasi 40% memberikan efek peningkatan paling besar (p>0.05), serta dapat meningkatkan persentase kadar hemoglobin mencit jantan anemia dengan konsentrasi optimal 60%

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Andanna, D dan Sri, S. 2006. Hubungan Konsumsi Protein Hewani dan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin Pada Balita Usia 13-36 Bulan. The Indonesian Journal Of Public Health 3(1)
Anonim. 2012. Buah Terong Belanda  (Solanum betaceum Cav.) https://www.google.co.id/id.wikipedia.org/Terungbelanda (Diakses pada 19 Maret 2015 pukul 21.00 WIB).
Armista,Mila.2012. Manfaat Rosella bagi Kehidupan https://www.google.co.id/daunrosella/milaarmista.blogspot.com (Diakses pada 19 Maret 2015 pukul 21.00 WIB).
Ganong, W.F. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 17. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Hoffbrand, A. V., J. E. Pettit., P. A. H. Moss. 2005. Kapita Selekta Haemotologi. Edisi 4. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Kristiana, L dan Herti M. 2008. Khasiat dan Manfaat Rosela. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Ningsih, W. 2007. Evaluasi Senyawa Fenolik (Asam Ferulat dan Asam p-Kumarat) Pada Biji, Kecambah, dan Tempe Kacang Tunggak (Vigna unguiculata). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sembiring, Asmitra. Masitta Tanjung, dan Emita Sabri.(2012).Pengaruh Ekstrak Segar Daun Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Jumlah Eritrosit Dan Kadar Hemoglobin Mencit Jantan (Mus musculus L.) Anemia Strain Ddw Melalui Induksi Natrium Nitrit (NaNO2). Medan : Departemen Biologi, FMIPA, Universitas Sumatera Utara, Jalan Bioteknologi No.1, Padang Bulan, Medan 20155
Sianturi, Sister. Masitta Tanjung, Emita Sabri.­(2012). Pengaruh Buah Terong Belanda (Solanum betaceum Cav.) Terhadap Jumlah Eritrosit Dan Kadar Hemoglobin Mencit Jantan (Mus musculus L.) Anemia Strain Ddw Melalui Induksi Natrium Nitrit (NaNO2). Padang : Mahasiswa Departemen Biologi, FMIPA, Universitas Sumatera Utara, Jalan Bioteknologi No.1, Padang Bulan, Medan 20155; Departemen Biologi, FMIPA, Universitas Sumatera Utara, Jalan Bioteknologi No.1, Padang Bulan, Medan 20155

Tambayong, J. 2001. Anatomi dan Fisiologi Untuk Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Komentar

Postingan Populer